PelabuhanPerikanan Nusantara (PPN) Karangantu merupakan pelabuhan yang bernilai historis tinggi terkait perkembangan budaya kemaritiman di Banten. Kawasan sekitar PPN Karangantu juga menjadi
JAMBI, - Komisi Pemberantasan Korupsi KPK melalui Kedeputian Koordinasi dan Supervisi Korsup menyoroti upaya penyelamatan dan pengamanan aset daerah serta proyek pembangunan di Provinsi Jambi yang hingga kini masih belum dituntaskan, termasuk Pelabuhan Ujung Jabung. Langkah-langkah percepatan penyelesaian sejumlah permasalahan tersebut dinilai sangat diperlukan, untuk menghindari potensi kerugian negara dan sekaligus menutup celah korupsi di 2013, dana yang telah dialokasikan untuk proyek pembangunan pelabuhan Ujung Jabung nilainya cukup signifikan. Baca juga Hakim Agung Prim Haryadi Tak Hadir Dua Kali Panggilan Penyidik, KPK Ingatkan soal Jemput Paksa Di antaranya, Rp 98 miliar dari APBD Pemprov Jambi, Rp 201 miliar dari dana APBN Kementerian Perhubungan tahun 2014-2019, dan Rp 45 miliar dari Kementerian Satuan Tugas Korsup Wilayah I KPK Maruli Tua menegaskan, upaya koordinasi antar instansi sangat dibutuhkan agar proyek pembangunan tersebut dapat segera diselesaikan dan sekaligus mencegah terjadinya korupsi. “Agar dapat dilakukan tindak lanjut terkait proses pembangunan pelabuhan, supaya tidak menjadi potensi korupsi yang menyebabkan kerugian negara dan daerah. Sehingga perlu dibuat kerangka penyelesaian pembangunan pelabuhan Ujung Jabung, supaya proyek pembangunan pelabuhan ini terhindar dari status mangkrak,” pesan Maruli. Maruli juga menambahkan, proses hibah aset tanah dari Pemprov Jambi kepada Kementerian Perhubungan harus segera dilakukan sebagai langkah awal pembangunan. Di saat yang sama, seluruh pihak terkait juga perlu bekerja sama agar pelabuhan dapat segera dirampungkan tanpa adanya kendala. “Kami meminta semua pihak, baik itu dari Pemprov Jambi, Kementerian Perhubungan dan Kementerian PUPR agar dapat menjalankan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing supaya pembangunan pelabuhan Ujung Jabung ini terhindar dari status mangkrak yang dapat merugikan keuangan negara. Untuk Pemprov Jambi, kami juga meminta agar melakukan pengamanan fisik pada lahan kawasan pelabuhan Ujung Jabung yang sudah dilakukan pembebasan, supaya tidak ada okupasi lahan oleh pihak lain yang tidak berhak,” kata Maruli. Komitmen Pemprov Jambi dan 2 Kementerian untuk Selesaikan Pembangunan Gubernur Jambi Al Haris menyampaikan, Pelabuhan Ujung Jabung merupakan salah satu proyek strategis Pemprov Jambi karena posisinya dan potensi ekonomi yang dimiliki. Karenanya, Pemprov Jambi menginginkan agar proyek pembangunan Pelabuhan Ujung Jabung ini dapat terus dijalankan.
Dalamhasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat wawancara dan berada ditempat penelitian makanan nelayan memang cukup bergizi karena mengandung protein
– Berkunjung ke tempat ini sekaligus napak tilas dan menikmati kawasan yang pernah berjaya. Meskipun bukan tempat wisata, tapi ada sesuatu yang bisa ditemukan di sini saat Karangantu dahulu kala merupakan pelabuhan terbesar kedua setelah Sunda Kelapa di Jayakarta atau Jakarta. Ini diungkapkan Tom Pires, pedagang yang juga ahli obat-obatan asal Portugal. Ini tercatat dalam buku Mengenal Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kota Banten Lama yang ditulis Uka Tjandrasasmita, Hasan M Ambary, dan Hawany jangan berharap dapat melihat kejayaan itu semua pada saat ini. Karangantu yang dulu pernah menjadi pelabuhan besar dan menjadi perlintasan penting dunia pada zaman Kesultanan Banten, saat ini seperti pelabuhan ikan biasa tempat perahu-perahu Padahal pada 1511 saat Malaka jatuh ke Portugis, banyak pedagang muslim dari Arab, Persia, dan Gujarat banyak singgah ke pelabuhan di ujung barat Jawa ini. Para pedagang mengalihkan pelayaran melewati Banten karena dinilai ekonomis dan geografis yang bagus. Terlebih lagi para pedagang tidak menyukai Portugis yang menguasai Malaka. Dari sinilah Karangantu menjadi pelabuhan besar dan berpengaruh untuk perdagangan itu, Karangantu jadi pusat perdagangan internasional yang disinggahi pedagang Asia, Afrika, dan Eropa. Pelabuhan Karangantu tidak hanya tercatat dalam buku, namun peninggalan barang berharga yang pernah diperjualbelikan dapat dilihat di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama. Hal itu dibuktikan dengan peninggalan keramik dari Tiongkok, Jepang, dan Belanda yang tersimpan rapi di Museum era Sultan Banten Maulana Hasanudin, pusat pemerintahan dipindahkan dari bagian hulu ke hilir Sungai Cibanten. Tujuannya untuk memudahkan hubungan dagang dengan pesisir Sumatera melalui Selat Sunda. Pada masa itu situasi politik dan perdagangan di Asia Tenggara tidak menentu karena Malaka jatuh ke tangan Portugis. Pada abad 16, pelabuhan ini menjadi tempat persinggahan para pedagang sebelum melanjutkan perjalanan ke benua Australia. Bahkan, Belanda saat pertama kali masuk ke Pulau Jawa pada 1596 memakai jasa pelabuhan ini untuk Gubernur Belanda Jan Piterzoon Coen pernah membuat catatan soal perahu Tiongkok yang membawa barang senilai real di Karangantu. Bandar Banten saat itu adalah bandar internasional dan dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Persia, Gujarat, Birma, Tiongkok, Perancis, Inggris, dan Belanda. Selain banyak disinggahi kapal-kapal asing, pelabuhan Karangantu juga menjadi pusat perdagangan yang banyak disinggahi kapal-kapal Nusantara seperti Bugis, Makassar, Ambon, Madura, dan lain-lain. Sebagai pelabuhan kedua, Banten telah menjadi pelabuhan pengekspor beras dan lada. Catatan lebih terperinci didapat dari Barbosa yang menyebutkan bahwa dari pelabuhan Banten tiap tahun telah diekspor lada sebanyak seribu sebagai pelabuhan, Karangantu juga berfungsi sebagai pasar untuk usaha meningkatkan jual beli barang dagangan, seperti tekstil dan keperluan sehari-hari Kota Banten saat itu ada beberapa macam tipe jual beli sesuai fungsi pasar di Banten Lama seperti yang tertulis dalam Babad Banten. De Houtman menggambarkan Pasar Karangantu secara mendetail dan penjualan semangka, mentimun, dan kelapa merupakan kelompok A. Sementara, tempat penjualan gula dan madu dalam periuk-periuk, masuk kelompok B. Kelompok C menggambarkan tempat penjualan kacang, kelompok D tempat penjualan tebu dan bambu, E tempat penjualan keris, pedang dan F tempat pakaian laki-laki, kelompok G tempat penjualan bahan pakaian wanita. Kelompok H tempat penjualan rempah-rempah, benih dan biji-biji kering. Kelompok I tempat orang-orang Benggala dan Gujarat menjual barang besi dan barang kedai orang Cina digambarkan pada kelompok K. Adapun L adalah tempat penjualan daging, M tempat penjualan ikan, N tempat penjualan buah-buahan, O tempat penjualan sayur-sayuran, P tempat penjualan merica, Q tempat penjualan bawang, R tempat penjualan beras, S kios untuk pedagang, T tempat penjualan emas dan urutan kelompok lain terpisah dengan kelompok bagian dalam dan disebutkan kelompok V, yaitu perahu-perahu asing yang penuh dengan muatan bahan kelompok akhir yaitu kelompok X adalah tempat penjualan unggas de Houtman, 1596-1597. Sampai sekarang pun Karangantu masih menjadi tempat andalan bagi para nelayan di sekitarnya yang menggantungkan hidupnya dari mencari memiliki sumber daya alam berupa lautan, Karangantu dijadikan sebagai salah satu pusat perikanan di Banten serta pelabuhan tempat bersandar kapal-kapal, dan perahu nelayan yang menjadi transportasi penghubung bagi masyakarat di pulau-pulau seperti Pulau Dua, Tiga, Tunda, dan juga memiliki pantai yang bisa diakses semua masyakarat yakni Pantai Gope. Dinamakan seperti ini karena tiketnya hanya gopek atau percaya atau tidak, asal-usul nama Karangantu menurut mitos yang beredar di masyarakat, saat itu ada seorang Belanda yang membawa guci berisikan hantu. Hingga suatu hari guci itu pecah dan hantu yang di dalamnya keluar. Mulai saat itulah pelabuhan yang telah berganti menjadi kampung nelayan ini diberi nama Pelabuhan lain yang beredar, dilansir dari toponimi nama-nama tempat dalam buku Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten 2014. Buku ini disusun oleh Juliadi dan Neli Wachyudi yakni seperti Belanda datang ke Banten dan merebut pelabuhan ini, Karangantu ditimbun oleh Belanda dan bekas pelabuhan tersebut menjadi rawa yang berkembang menjadi sarang nyamuk. Ini mengakibatkan masyarakat sekitar banyak terkena penyakit orang yang terkena penyakit malaria tropica, banyak yang tidak sadarkan diri atau lupa ingatan. Sehingga penduduk sekitar meyakini penderita yang menderita malaria dihinggapi setan atau hantu di sekitar timbunan karang. Adanya hantu yang mendiami karang, membuat masyakarat memberi nama pelabuhan yang tertimbun sebagai daerah yang dikenal dengan nama lain menyebutkan, nama Karangantu berasal dari kata Kran’ yang memiliki arti sumur bor/ sumber air, dan Halte’ yang berarti tempat pemberhentian. Setiap kapal-kapal asing yang berlabuh di Banten, selalu mengisi persediaan airnya di pelabuhan ini. Penyebutan kran dan halte tersebut jika disatukan menjadi Kranhalte’ lama-lama mengalami perubahan menjadi itulah sekelumit cerita Karangantu. Hmmm, andai saja Banten masih memiliki pelabuhan ini sekarang? Betapa majunya perekonomian Banten saat ini bukan? HilalAdvertisement
Alasankhusus Kerajaan Demak menguasai Banten, yakni karena posisi Banten yang sangat strategis. Banten merupakan salah satu pusat perdagangan internasional dan daerah penghasil lada, yang saat itu komoditinya sangat diminati dalam perdagangan. Usaha Fatahillah dan dua ribu pasukannya membuahkan hasil. Ia berhasil menguasai Banten, Sunda
Pelabuhan Karangantu butuh revitalisasi untuk menjadi pelabuhan internasional. SERANG - Walikota Serang Syafruddin mengusulkan kepada pemerintah pusat melalui Komisi V DPR RI agar kondisi pelabuhan Karangantu yang berada di Kecamatan Kasemen, Kota Serang bisa dilakukan revitalisasi. Nantinya, pelabuhan bisa menjadi pelabuhan Internasional. Revitalisasi itu, menurut Syafruddin, sangat penting dilakukan mengingat pelabuhan Karangantu mempunyai sejarah yang panjang. Peranannya juga sangat strategis dalam perdagangan Internasional. "Kami ingin pelabuhan Karangantu itu bisa kembali menjadi pelabuhan Internasional sebagaimana dulu ketika jaman kolonial Belanda," kata Syafrudin usai mendampingi kunjungan anggota DPR RI TB Khoerul Zaman ke BMKG Serang, di Serang, Rabu 16/6. Syafruddin menilai, kondisi pelabuhan Karangantu sekarang memang masih digunakan sebagai tempat hilir mudik nelayan mencari ikan, sebab di sana juga masih terdapat tempat pelelangan ikan. Namun ia berharap kedepannya Karangantu menjadi pelabuhan Internasional dan menjadi salah satu penyumbang bagi PAD Kota Serang. "Tapi ke depan, cita-cita saya pelabuhan Karangantu itu bisa kembali menjadi pelabuhan internasional seperti dulu," kata dia. Oleh karena itu, kata Syafrduin, dengan kedatangan anggota komisi V DPR RI ini, pihaknya menyampaikan terkait rencana keinginan itu agar disampaikan ke pemerintah pusat. Jika nanti rencana itu bisa direalisasikan, kata dia, mudah-mudahan banjir rob yang sering terjadi di sekitar pelabuhan itu juga bisa diatasi, terlepas itu dengan membuat tanggul atau membuat pemecah ombak. "Karena setiap tahun di sana selalu terjadi rob besar, terutama ketika musim kemarau," katanya. sumber AntaraBACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
Fcwl.